Apresiasi FSAI 2025, Menteri Ekraf Yakini Sinyal Positif Industri Perfilman
Jakarta, 9 Mei 2025 — Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya menyampaikan keyakinannya bahwa subsektor perfilman merupakan salah satu motor utama penggerak ekonomi kreatif nasional. Menurutnya, film tidak sekadar menjadi medium hiburan, tetapi juga sarana strategis membuka peluang kerja, memperluas jejaring kreatif, dan menjalin kolaborasi antarnegara.
Hal ini disampaikan dalam Media Launch Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2025 yang berlangsung di CGV Pacific Place, Jakarta, Jumat (9/5). Ajang tahunan ini diinisiasi Kedutaan Besar Australia sejak 2016 dan terus mempererat hubungan budaya kedua negara melalui sinema.
> "Kami optimistis bahwa FSAI dapat menjadi katalisator bagi peningkatan kerja sama ekonomi kreatif antara Indonesia dan Australia serta mempromosikan warisan budaya dan kreativitas dua bangsa," ujar Menteri Teuku Riefky.
10 Kota, 1 Dekade Kolaborasi
Memasuki usia satu dekade, FSAI 2025 akan digelar di 10 kota besar Indonesia mulai 15 Mei hingga 14 Juni 2025, antara lain Jakarta, Mataram, Bandung, Surabaya, Manado, Makassar, Padang, Denpasar, Yogyakarta, dan Semarang.
Menekraf Teuku Riefky menyebut penyelenggaraan FSAI setiap tahun menjadi bukti nyata komitmen Indonesia dan Australia dalam menjadikan ekonomi kreatif sebagai “The New Engine of Growth” atau mesin pertumbuhan baru ekonomi nasional.
Film Indonesia Tembus 33,9 Juta Penonton di Awal 2025
Mengacu pada data platform Cinepoint, penonton film Indonesia pada 2024 mencapai lebih dari 82 juta, dengan 21 film di antaranya berhasil menembus angka 1 juta penonton. Per 9 Mei 2025, jumlah penonton nasional telah menyentuh 33,9 juta—sekitar 41% dari capaian tahun sebelumnya.
Kondisi ini menunjukkan tren positif bagi pertumbuhan industri perfilman nasional. Menteri Riefky menegaskan bahwa FSAI sangat relevan dalam upaya mendorong subsektor film, termasuk melalui kerja sama koproduksi, distribusi film lintas negara, serta pertukaran kreator dan sineas.
> "Kolaborasi seperti ini membuka ruang besar untuk pertumbuhan bersama, memperkaya konten lokal, dan meningkatkan eksistensi film Indonesia di pasar global," jelasnya.
Masterclass dan Pertukaran Pengetahuan
Selain pemutaran film, FSAI 2025 juga akan menghadirkan sesi masterclass bersama pembuat film, akademisi, dan alumni Australia. Targetnya, para mahasiswa film, pembuat film muda, hingga masyarakat umum bisa terlibat aktif dan memperkaya wawasannya.
Deputi Bidang Kreativitas Media, Agustini Rahayu, yang turut mendampingi Menekraf dalam acara ini, menyebut pendekatan edukatif seperti ini akan memperkuat ekosistem perfilman dari hulu ke hilir.
Australia Sambut Positif Kolaborasi Sinema
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Roderick Brazier, dalam kesempatan yang sama menyatakan bahwa FSAI merupakan bentuk nyata kolaborasi strategis yang mempererat hubungan bilateral Indonesia–Australia, tak hanya dalam produksi film tetapi juga reputasi kedua negara di ranah internasional.
"Kami percaya industri film Indonesia dan Australia bisa menjadi model bagi subsektor ekonomi kreatif lain dalam menjalin sinergi yang berkelanjutan," ujar Dubes Brazier.
Dengan sinyal positif ini, Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenekraf/Bekraf) berharap momentum pertumbuhan perfilman Indonesia terus dijaga dan diperkuat sebagai bagian dari transformasi ekonomi kreatif nasional.